BELAJAR MEMBANGUN BANGSA
Mungkin orang sudah bosan mendengar di mana - mana di serukan semboyan "WAJIB BELAJAR 9 TAHUN" dan "BELAJAR DEMI KEMAJUAN BANGSA" dan seabrek lainnya semboyan untuk mengingatkan para pemuda - pemudi Indonesia tentang pentingnya belajar demi masa depan bangsa. Mungkin saat itu para pelajar yang mendengarnya menjadi semangat. Namun itu hanya sesaat. Setelah itu, mereka kembali melupakannya. Ada sebuah kisah nyata. Penuturan langsung dari warga berkebangsaan Amerika. Dia mengatakan bahwa "Indonesia adalah negara yang sangat kaya. Bahkan dengan kekayaannya Indonesia bisa menguasai dunia. negara lainnya di dunia takut bila Indonesia menguasai dunia. makanya mereka menjajah Indonesia. kebetulan, mereka mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang lebih di bandingkan bangsa Indonesia sendiri".
Coba bayangkan dan renungkan sejenak. Bahkan warga negara asingpun memuji dan memberi semangat pada kita. Para pelajar Indonesia. Tidakkah kita mulai menyadari betapa pentingnya kita dalam menentukan kualitas bangsa Indonesia. Kita sudah merdeka selama 66 tahun. tapi, penjajahan bangsa asing masih terus terjadi di Indonesia. Tak perlu jauh - jauh mencari contoh. lihat saja apa yang terjadi pada pemuda Indonesia sekarang ini yang 'gila' berfacebook ria. Tidakkah kalian tahu bahwa jejaring sosial tersebut diciptakan oleh orang luar negeri ? yang dengan karyanya yang brilliant itu bisa menguasai setiap relung otak para penggunanya. Dan juga karena karyanya, dia sekarang duduk santai sambil menyeruput kopi melihat jutaan uang bertaburan di depan matanya. Kenapa kita tidak berfikir untuk membuat sendiri jejaring sosial kita ?
Sungguh, kalau mereka bisa kenapa kita tidak ? apa saja sih yang mereka pelajari, sehingga mereka bisa sehebat itu ? bagaimana perjuangan albert Einstein, John Dalton, dan sebaris nama ilmuwan dunia sehingga dengan temuannya tersebut, kita bisa mempelajarinya hingga saat ini. Tuhan menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna. Memberi kemampuan yang sama. Tinggal kitanya saja yang mengolahnya. Tidak harus dalam bidang eksak dan sains. kita bisa menjadi sukses dalam bidang apapun yang kita senangi. Yang dengan karya dan kerja keras kita tersebut, kita bisa mengubah seluruh dunia mengakui kehebatan Indonesia.
Jangan kerjaannya hanya menunggui pacar datang ke rumah tiap malam minggu. tapi kita ciptakan kreasi kita. Siapa sih yang akan bangga kalau kita sukses ? kita sendiri kan ? jangan cuma bilang "cita - citaku menjadi orang SUKSES" kalau tidak berusaha. tak ada yang tak mungkin di dunia ini. "Siapapun yang menanam benih, maka dia sendiri yang akan memanennya". jadi, Be the Winner, not the losser !
ABITA ! AKU BANGGA INDONESIA TANAH AIRKU !
Coba bayangkan dan renungkan sejenak. Bahkan warga negara asingpun memuji dan memberi semangat pada kita. Para pelajar Indonesia. Tidakkah kita mulai menyadari betapa pentingnya kita dalam menentukan kualitas bangsa Indonesia. Kita sudah merdeka selama 66 tahun. tapi, penjajahan bangsa asing masih terus terjadi di Indonesia. Tak perlu jauh - jauh mencari contoh. lihat saja apa yang terjadi pada pemuda Indonesia sekarang ini yang 'gila' berfacebook ria. Tidakkah kalian tahu bahwa jejaring sosial tersebut diciptakan oleh orang luar negeri ? yang dengan karyanya yang brilliant itu bisa menguasai setiap relung otak para penggunanya. Dan juga karena karyanya, dia sekarang duduk santai sambil menyeruput kopi melihat jutaan uang bertaburan di depan matanya. Kenapa kita tidak berfikir untuk membuat sendiri jejaring sosial kita ?
Sungguh, kalau mereka bisa kenapa kita tidak ? apa saja sih yang mereka pelajari, sehingga mereka bisa sehebat itu ? bagaimana perjuangan albert Einstein, John Dalton, dan sebaris nama ilmuwan dunia sehingga dengan temuannya tersebut, kita bisa mempelajarinya hingga saat ini. Tuhan menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna. Memberi kemampuan yang sama. Tinggal kitanya saja yang mengolahnya. Tidak harus dalam bidang eksak dan sains. kita bisa menjadi sukses dalam bidang apapun yang kita senangi. Yang dengan karya dan kerja keras kita tersebut, kita bisa mengubah seluruh dunia mengakui kehebatan Indonesia.
Jangan kerjaannya hanya menunggui pacar datang ke rumah tiap malam minggu. tapi kita ciptakan kreasi kita. Siapa sih yang akan bangga kalau kita sukses ? kita sendiri kan ? jangan cuma bilang "cita - citaku menjadi orang SUKSES" kalau tidak berusaha. tak ada yang tak mungkin di dunia ini. "Siapapun yang menanam benih, maka dia sendiri yang akan memanennya". jadi, Be the Winner, not the losser !
ABITA ! AKU BANGGA INDONESIA TANAH AIRKU !
Sekolah Untuk Mencari Nilai Tinggi
Nilai di atas rata-rata. Adalah momok menakutkan yang kerap membuat siswa gelisah setiap malam jika besoknya akan diadakan ulangan. Sebagian besar sekolah menetapkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) di atas atau pada angka 7.
Angka tersebut dipandang menakutkan bagi para siswa yang belum benar-benar menguasai materi secara sempurna (belum ada kesiapan). Padahal, nilai itu sangat menentukan kelulusan sekarang yang menggunakan acuan nilai raport selain nilai UAN sendiri.
Alhasil, banyak siswa yang menghalalkan segala cara untuk dapat tuntas KKM itu. KKM menjadi terror bagi siswa setiap hari. Khawatir, takut, gelisah. Itulah yang ada di benak mereka. Ada yang takut karena orangtua mereka mengancam akan mencabut fasilitas mereka jika nilai mereka kurang dari KKM, ada yang malu jika nilainya kalah dengan nilai temannya, dan masih banyak lagi alasan yang membuat mereka ketakutan terhadap KKM itu.
Saya sebagai pelajar yang sudah selama 11 tahun mengenyam pendidikan di sekolah negeri, banyak mendapatkan berbagai macam cara para siswa untuk meraih nilai KKM itu. atau mungkin juga tradisi ini sudah berlangsung sejak dulu? Entahlah. Yang jelas, apapun cara mereka yang menyalahi aturan, sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang siswa yang notabene adalah penerus bangsa.
Berikut cara-cara mereka untuk melampaui KKM:
1. Mencontek
2. Mencari Bocoran Jawaban
3. Menyogok Guru
4. Berbuat curang (Dengan membenarkan jawaban teman jika kebetulan guru menyerahkan tugas pengkoreksian kepada siswa)
5. Membawa Contean saat ulangan
Masalah ini sempat saya diskusikan dengan teman-teman. Banyak yang mendukung (Alhamdulillah). Ada juga yang memberi masukan. Menurutnya, hal ini bukan sepenuhnya kesalahan siswa. Pemerintah juga berperan penting dalam masalah ini.
Memang kalau kita lihat, nilai UAN dan kelulusan sangat ditentukan oleh perolehan nilai. Sekolah selama beberapa tahun ditentukan oleh angka-angka. Jika nilainya tinggi, maka loloslah mereka. Tapi jika nilainya rendah, jangan harap siswa bisa lulus.
Hal ini juga terlihat pada penerimaan mahasiswa baru di universitas, kebanyakan mereka tidak hanya mensyaratkan calon mahasiswa untuk bisa masuk ke universitas tersebut hanya dari perolehan nilai mereka. Tapi juga tes yang di adakan secara ketat untuk menguji mereka.
Saya sangat mendukung hal tersebut. Karena supaya para pelajar sadar bahwa nilai tidak selamanya menentukan nasib seseorang. Info yang saya dapatkan dari rekan saya, bahwa di bangku kuliah, prestasi memang ditentukan nilai yang disebut IP, tapi tidak ada standar yang terlalu tinggi untuk lulus. Untuk ikut tugas akhir atau skripsi saja, syaratnya cuma tidak boleh ada IP dibawah 2.00 atau jika di bangku sekolah sama dengan nilai 5. Syarat untuk diterima kerja pun cukup mudah, yaitu punya IP rata-rata 2.8 atau kalau di sekolahan sama dengan 7.0. Buat mahasiswa yang sudah dewasa dan dituntut rajin, syarat seperti itu sangat ringan!
Bandingkan sama anak sekolahan yang masih labil tapi dibebani target tinggi!
Jadi, saya menghimbau kepada seluruh warga Indonesia untuk ikut berpartisipasi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan anak bangsa. Jangan hanya duduk manis pasrah terhadap nilai. Kalau sistem pendidikan dibiarkan terus seperti itu, maka pepatah SEKOLAH UNTUK MENUNTUT ILMU akan hilang di gantikan oleh SEKOLAH UNTUK MENCARI NILAI TINGGI. Marilah kita sama-sama mengoreksi diri masaing-masing. Merenung dengan pikiran dingin utnuk memecahkan masalah ini.
Salam ABITA
Angka tersebut dipandang menakutkan bagi para siswa yang belum benar-benar menguasai materi secara sempurna (belum ada kesiapan). Padahal, nilai itu sangat menentukan kelulusan sekarang yang menggunakan acuan nilai raport selain nilai UAN sendiri.
Alhasil, banyak siswa yang menghalalkan segala cara untuk dapat tuntas KKM itu. KKM menjadi terror bagi siswa setiap hari. Khawatir, takut, gelisah. Itulah yang ada di benak mereka. Ada yang takut karena orangtua mereka mengancam akan mencabut fasilitas mereka jika nilai mereka kurang dari KKM, ada yang malu jika nilainya kalah dengan nilai temannya, dan masih banyak lagi alasan yang membuat mereka ketakutan terhadap KKM itu.
Saya sebagai pelajar yang sudah selama 11 tahun mengenyam pendidikan di sekolah negeri, banyak mendapatkan berbagai macam cara para siswa untuk meraih nilai KKM itu. atau mungkin juga tradisi ini sudah berlangsung sejak dulu? Entahlah. Yang jelas, apapun cara mereka yang menyalahi aturan, sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang siswa yang notabene adalah penerus bangsa.
Berikut cara-cara mereka untuk melampaui KKM:
1. Mencontek
2. Mencari Bocoran Jawaban
3. Menyogok Guru
4. Berbuat curang (Dengan membenarkan jawaban teman jika kebetulan guru menyerahkan tugas pengkoreksian kepada siswa)
5. Membawa Contean saat ulangan
Masalah ini sempat saya diskusikan dengan teman-teman. Banyak yang mendukung (Alhamdulillah). Ada juga yang memberi masukan. Menurutnya, hal ini bukan sepenuhnya kesalahan siswa. Pemerintah juga berperan penting dalam masalah ini.
Memang kalau kita lihat, nilai UAN dan kelulusan sangat ditentukan oleh perolehan nilai. Sekolah selama beberapa tahun ditentukan oleh angka-angka. Jika nilainya tinggi, maka loloslah mereka. Tapi jika nilainya rendah, jangan harap siswa bisa lulus.
Hal ini juga terlihat pada penerimaan mahasiswa baru di universitas, kebanyakan mereka tidak hanya mensyaratkan calon mahasiswa untuk bisa masuk ke universitas tersebut hanya dari perolehan nilai mereka. Tapi juga tes yang di adakan secara ketat untuk menguji mereka.
Saya sangat mendukung hal tersebut. Karena supaya para pelajar sadar bahwa nilai tidak selamanya menentukan nasib seseorang. Info yang saya dapatkan dari rekan saya, bahwa di bangku kuliah, prestasi memang ditentukan nilai yang disebut IP, tapi tidak ada standar yang terlalu tinggi untuk lulus. Untuk ikut tugas akhir atau skripsi saja, syaratnya cuma tidak boleh ada IP dibawah 2.00 atau jika di bangku sekolah sama dengan nilai 5. Syarat untuk diterima kerja pun cukup mudah, yaitu punya IP rata-rata 2.8 atau kalau di sekolahan sama dengan 7.0. Buat mahasiswa yang sudah dewasa dan dituntut rajin, syarat seperti itu sangat ringan!
Bandingkan sama anak sekolahan yang masih labil tapi dibebani target tinggi!
Jadi, saya menghimbau kepada seluruh warga Indonesia untuk ikut berpartisipasi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan anak bangsa. Jangan hanya duduk manis pasrah terhadap nilai. Kalau sistem pendidikan dibiarkan terus seperti itu, maka pepatah SEKOLAH UNTUK MENUNTUT ILMU akan hilang di gantikan oleh SEKOLAH UNTUK MENCARI NILAI TINGGI. Marilah kita sama-sama mengoreksi diri masaing-masing. Merenung dengan pikiran dingin utnuk memecahkan masalah ini.
Salam ABITA